Wednesday 6 January 2021

Ibu, Jadilah Hakim yang Adil Bagi Anak-Anakmu yang Sedang Berantem

Bismillahirrohmannirrohim

Apa peran ibu di dalam rumah apabila melihat anak-anak berantem. Apa yang harus dilakukan oleh seorang ibu? - Status Whatsapp teman yang iseng kujawab.

Aku mengerutkan dahi. Sejenak aku merasa seperti membaca apa yang selalu terjadi di rumah. Bukan tidak pernah. Bukan tidak selalu. Bukan tidak ada drama anak-anak berantem. Setiap hari, pasti ada hal yang diributkan. Di mana saja, pasti anak-anak bisa berantem. Persoalan apapun terkadang mampu menjadi penyebab mereka berantem. Aku, sebagai ibu apa perannya? aku sebagai ibu harus bagaimana? Aku sebagai ibu harus bagaimana?.

Awalnya Fira tidak mau berbagai tempat duduk. Bisa dilihatkan, tempat duduknya tidak seimbang. Tapi saya meminta Fira untuk berfoto bersama kakaknya. Alhamdulillah tangan Fira menunjukan betapa mereka saling menyayangi


Jarak usia kakak Faiz dan Adik Fira 5 tahun. Dulu, aku dan suami berpikiran, dengan adanya jarak tersebut dapat meminimalisir persoalan kakak dan adik sehingga minim drama dan berantem. Nyatanya hal itu jauh dari pikiran kami saat itu. Entah sudah berapa kal. Entah sudah berapa banyak penyebab. Entah sudah berapa kali saling beradu argumen. Entah sudah berapa tangisan keluar dari anak-anak. Penyebabnya seringnya berantem. 

Peran Ibu Melihat Anak-Anak Sedang Berantem

Menonton. Jawaban tersebut kusampaikan untuk menjawab pertanyaan temanku. Haah? kok menonton? menonton drakor? menonton orang-orang di luar rumah?.

Biarkan anak-anak saling menyampaikan argumen-argumen mereka. Biarkan mereka saling membalas argumen. Biarkan anak-anak menyampaikan apa yang dirasa, dilihat, dipikir dan biarkan anak-anak mengeluarkan semuanya. Meski anak-anak berisik. Meski anak-anak membuat orang tua emosi. Meski anak-anak membuat tangan ingin melerai. Meski anak-anak membuat mulut ingin bersuara. Dengan catatan, anak-anak tidak membuat adegan yang berbahaya. Dengan catatan anak-anak masih kecil, belum di atas 17 tahun. 

Alasanku kusampaikan kepada temanku. Jika ibunya turun tangan, hal itu akan membuat ketidakadilan bagi satu pihak. Jika ibunya ikut berbicara, anak-anak tidak akan belajar menyampaikan pendapat. Jika ibunya menghambat mereka untuk tidak mengeluarkan uneg-unegnya, anak-anak tidak belajar bagaimana mengeluarkan isi hatinya. Jika ibunya menghentikan pertikaian, anak-anak akan memendam apa yang dirasa. Sebaiknya, ibunya menahan emosi untuk tidak ikut campur urusan anak-anak dulu. Namun,  si ibu tetap berapa di dekat anak-anak yang sedang bertikai. Ibu tetap memperhatikan anak-anaknya. Kecuali tadi, jika ada sesuatu yang membahayakan yang dilakukan oleh anak-anak, baru ibu turun hanya sekedar melerai. Tanpa ada suara, tanpa ada mata melotot. Bisa????  pembelajaran tiap waktu, pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

Peran Ibu Setelah Anak-Anak Meredam Emosi Setelah Berantem

Anak-anak berantem tidak membutuhkan waktu lama. energi mereka pasti akan terkuras. Pikiran mereka juga tidak akan berlama-lama untuk saling mempertahankan egonya. Saatnya si ibu mengajak anak-anak untuk duduk bersama. Di sini, ibu jangan berbicara terlebih dahulu. Cukup mengajak mereka duduk bersama. Ajak mereka degnan tidak ada kecondongan terhadap satu pihak. Meskipun ibu tahu mana yang salah, mana yang benar. Jadilah seorang hakim yang adil menghadapi persoalan anak-anak. Di sini pasti berat sekali peran untuk sang ibu. Itulaj mengapa harus banyak belajar dan banyak menerima apapun kondisi si Anak.

Saat emosi anak-anak sudah stabil atau masih memendam amarah, namun sudah tidak ada pertikaian dan perdebatan, baru si ibu masuk untuk berbicara. Buka dengan kalimat yang menenangkan jiwa anaka-anak. Contohnya:

  1. Ibu melihat kalian saling berantem, pasti cape ya? Mau minum apa nih? ibu ambilkan ya?
  2. Ibu melihat kalian saling berdebat. Seru sekali kalian berdebat ya. Mungkin kalian butuh ibu peluk. Sini ibu peluk kalian semua.
  3. Ibu melihat kalian saling berebut mainan. kalian sayang sekali ya dengan mainan yang kalian rebutkan. Ibu juga ingin memegang mainan yang kalian rebutkan.
  4. dan sebagainya sesuai dengan gaya bahasa ibu. Usahakan untuk tidak membahas pertikaian anak-anak dulu.
Setelah menyampaikan pernyataan tersebut, Ibu harus melihat raut muka anak-anak. Mungkin ada yang masih cemberut, mungkin ada yang masih ogah-ogahan, mungkin masih ada yang ingin mengeluarkan suara atau masih ada yang ingin berantem. Di sini, ibu harus bersikap tegas dan memutuskan untuk megambil alih pertikaian mereka. Sampaikan bahwa pertikaian mereka cukup sampai di sini. Supaya tidak saling emosi. Sampaikan bahwa emosi berupa marah dan berantem itu upaya setan untuk mempengaruhi diri kita untuk saling menyakiti satu sama lainnya.

Ibu mengambil alih situasi dengan meminta anak-anak untuk bercerita satu persatu, mengapa sampai ada pertikaian, mengapa ada perdebatan, mengapa ada perebutan, mengepa ada berantem. Beri alasan mengapa harus kakak dulu yang diberikan waktu untuk menyampaian jawabannya. Misalnya sekarang ibu memilih urutan lahir dulu ya, jadi kakak yang menyampaikan duluan. Besok besok, giliran adik yang imut lucu dan mengemaskan. Dengarkan apa yang disampaikan anak-anak, jangan disela, jangan dihentikan, biarkan dia bercerita. pasang raut muka yang sama saat mendengarkan anak-anak menyampaikan perasaannya. Jadilah lagi-lagi hakim yang adil untuk anak-anak.




Insya Allah anak-anak pasti akan jujur menyampaikan apa yang terjadi. Anak-anak juga akan merasakan sendiri mana yang salah dan mana yang benar. Mereka pasti akan saling mendengarkan satu sama lain, dan mampu memetik apa yang lebih baik menjadi solusi. Setelah anak-anak selesai menyampaikan pemikirannya, menyampaikan apa yang terjadi, ucapkanlah terima kasih dan pujian kepada anak-anak. Ibu tidak perlu memutuskan siapa yang salah dan siapa yang benar. Beri pernyataan yang menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya saat anak-anak berantem karena ada yang merusak mainan. Berikan solusi yang menyenangkan kedua belah pihak. Sampaikan bahwa sebuah barang pasti akan rusak, baik disengaja maupun tidak disengaja. Jika disengaja, ajak anak yang merusak untuk minta maaf dan tidak mengulang perbuatannya. Jika yang mainannya dirusak, ajak untuk memafkan.

Memaafkan dan Melupakan Kesalahan Saudara


Malam itu, Kakak Faiz berantem dengan Adik Fira. persoalannya tablet Faiz rusak karena diduduki oleh Fira. Tablet tersebut diletakan di lantai. Fira pundung karena perbuatan Faiz karena meledek. Mereka berdua ada di kamar. Ada boneka Winny the Pooh yang diambil oleh Faiz untuk menemani tidurnya. Fira tertarik memegang dan ingin mengambil. Faiz langsung marah dan merebut boneka tersebut. Fira teriak dan meraung karena tidak diijinkan memegang bonek tersebut. Terjadilah rebutan boneka dan saling berdebat. Kakak Faiz masih dendam karena tabletnya dirusak oleh Fira.

Aku masuk ke dalam kamar. Duduk. Memperhatikan mereka. Mendekati dan duduk di antara Kakak Faiz dan adik Fira. Karena saling berebut mainan dan tangan mereka saling bergerak, sengaja aku menghalangi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, yaitu saling pukul. Aku, diam dulu tanpa bicara dan berkali-kali melihat ke arah mereka satu per satu. Saat melihat perselisihannya terlalu lama dan sudah larut malam, akhirnya aku mencoba masuk. Dari awal aku sudah tahu, bahwa yang salah dua-duanya. Kakak Faiz meletakan tablet di atas lantai. Kakak Faiz juga meledek Fira yang sedang pundungan. Fira yang mudah ngambek, langsung menduduki tablet yang ada di atas lantai. Tabletnya mati, tidak bisa menampilkan gambar tapi masih ada suaranya.

Kakak Faiz menolak memberi maaf, katanya enak sekali diberikan maaf, salahnya besar begitu. Adik Fira merajuk mengatakan Kakak Faiz tidak mau memaafkan, jadi dia tidak mau meminta maaf. Akhirnya akupun memperdengarkan ceramah singkat dari Ust. Hanan Ataki. Intinya barang siapa yang memaafkan saudaranya 1 kali, 1000 maaf yang akan Allah berikan kepada kita. Dan jika Allah sudah memaafkan kita, apa yang kita mohonkan kepada Allah, Insya Allah akan diberikan. berkali-kali cermah pendek di Instagram tersebut diputar. Aku melihat Kakak Faiz senyam-senyum. Aku juga melihat Adik Fira mulai tenang dan berhenti berteriak.




Alhamdulillah tidak membutuhkan waktu yang lama, Kakak Faiz menarik badan Adik Fira. Kakak Faiz merangkul Adik Fira dan mereka saling berpelukan. Masya Allah, indah sekali. Jika teman-teman melihatnya, pasti akan menitikan air mata. Maha Besar Allah, sungguh melalui hadist singkat yang disampaikan oleh Ust Hanan Attaki, anak-anak kemudian saling melupakan permasalahan tablet, hingga saat ini. Memaafkan dan melupakan merupakan hal yang mudah dilakukan jika semuanya dikembalikan karena Allah. 

Kesimpulan


Ibu, tahanlah emosi terlebih dahulu saat anak-anak sedang berantem. Biarkanlah mereka menyampaikan apa yang dipendam dan dirasakan. Ibu hanya mengawasi dan usahakan untuk tidak memihak salah satu pihak, supaya tidak dianggap sebagai ibu yang pilih kasih. 

Ibu, jadilah ibu yang bijak untuk tidak ikut campur terlebih dahulu urusan anak-anak. Biarkan mereka belajar memahami emosi dan mengendalikan diri. Jangan hentikan hanya karena ibu merasa berisik. Jangan hentikan hanya karena ibu pikir, ulah mereka membuang-buang waktu. Jangan hentikan hanya karena ibu menganggap mereka hanya membuat gaduh.

Ibu, setelah emosi mereka menurun, ajak duduk bersama dan tetap jangan menunjukan sikap memihak. Meskipun ibu tahu mana yang salah dan mana yang benar. Beri anak-anak kesempatan untuk menceritakan keadaan yang terjadi dan permasalahannya. Ibu hanya memberikan solusi bukan menghakimi dia salah dia benar. Berikan solusi dan minta mereka untuk saling memaafkan dan memahami kondisi yang tadi terjadi dan meminta jangan diulangi lagi.

Dekatkan anak-anak dengan firman Allah dan hadist-hadist Nabi Muhamamd SAW dan ajak untuk selalu menyertakan Allah dalam semua situasi. 

Sikap dan Sifat anak-anak tergantung dari doa dan perbuatan orang tuanya. Jadilah ibu yang menjadi apa yang diinginkan dari anak-anaknya. Ingin anak pintar, jadilah ibu yang pintar terlebih dahulu. Ingin anak sopan, jadilah ibu yang sopan terlebih dulu -astinastanti-



72 comments:

  1. Masya ALlah, Mbak Astin ... anak bisa digerakkan dengan tauhid ya. Terima kasih sharing-nya. Faiz dan Fira, anak-anak yang manis.

    ReplyDelete
  2. Cara anak-anak marah kadang juga beda. Ada yang diem-dieman. Entah baper atau gimana. Adu argumennya cuma sebentar, tapi lanjut dengan perang dingin. Itu saya sama adek saya hahaha. Kalo udah gitu, ibu saya deh yang rempong, karena biasanya adek yang ngadu kalo aku begini dan begitu. Seperti biasa ibu pun nasehati saya, jadilah kakak yang dewasa. Hehehe. Beda usia saya dan adek lumayan jauh, 15 tahun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sedih kalau diem diem an. Jadi gak ngerti emosi nya gimana. jadi inget ibuku, dulu klo ada yang berantem, ibu selalu menghentikannya, jadi kita semua malah sedih. Waah jauh jaraknya ya.

      Delete
  3. Memang deh memiliki anak lebih dari satu tentu ada banyak tantangan dan ujiannya hihihi terutama ketika mereka sedang bertengkar karena suatu hal. Mudah2an sih ga main fisik yaaa..kalaupun berantem dengan kata-kata, kita perhatikan dulu, baru setelah itu orangtua mendamaikan dan memberikan solusi berbaikan kembali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak. Dulu sebelum aku tahu ilmunya, ya gitu deh. Alhamdulillah diingatkan lebih cepat. Kalau fisik, juga dihentikan, tapi pelan-pelan. Hihihi tantangan menjadi ibu

      Delete
  4. Seru yah punya anak lebih dari satu, ketika berantemnya hehe. Di rumah cuman ada 1 jadi belum mengalami momen anak berantem nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semata wayang ya Mbak. Begitulah ceritanya kalau lebih dari 1. Kalau salah satu sedang pergi aja, ditanyakeun

      Delete
  5. anak anak berantem sih wajar ya mbak
    aku klo anak anak berantem ya kubiarin dulu, selama g fisik aq biarkan mereka mencari penyelesaian sendiri
    baru klo da selesai aq ajak ngobrol

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak. Ngelatih anak menguasai emosi dan menemukan penyelesaiannya.

      Delete
  6. pesan terakhirnya jleb banget...sikap anak tergantung doa dan perbuatan orang tua. Reminder ini..
    Dan kedua anakku sama dengan Faiz dan Fira , jaraknya 5 tahun cuma sama gendernya,dan sama berantemnya hahah..Padahal sekarang dah kelas X dan VI huhuhu...ngurut dada emaknya. Tapi memang kontrol emosi adalah kunci dan bijak jangan meledak apalagi membela salah satunya.
    Kayak suamiku ada innerchild sampai tua merasa ibunya membela adiknya..karena selalu berkata kamu kakak mesti ngalah dll dst

    ReplyDelete
    Replies
    1. Me too. Ada banyak inner child di diriku. Makanya aku belajar dari banyak hal dan semua proses, Mbak. Bisalah dihilangkan inner child itu.

      Delete
  7. ah quotemu di penutup postingan makjleb banget deh mbak hiks...so true.
    nah soal seni melerai anak ini masyaAllah ya berat sih buat aku mah. apalagi klo berantemnya bukan cuma antar 2 anakku tapi ketiganya hahahaha.
    tapi betul, gak bisa dilerai klo kekeuh sekedar mencari yg benar n yang salah yaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku belum bisa ngebayangin Mak, tapi aku tu empat bersaudara, malah kalau berantem itu bikin kubu, ya Allah lucu jaman dulu kecil ya. Pernah malah satu adik kita bertiga bully, ya Allah, maafkeun. Quotenya untuk mengingatkan aku, Mbak. Soalnya aku takut meminta anak sholeh tapi akunya ndak begitu.

      Delete
  8. sebagai anak yang terlahir dari keluarga besar, 5 bersaudara dengan jarak usia yang cukup dinamis, sepertinya harus mempraktikkan ini saat masih kecil dulu ya. Peran orangtua juga gak kalah penting untuk mendamaikan mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang tua jaman dulu masih belum semuanya menerapkan hal ini, Mbak. Kalau orang tuaku, mereka ndak ingin ada keributan, karena berantem itu berisik. Jadi, mulai sekarang, aku melatih telingaku untuk mendengar berisiknya mereka,

      Delete
  9. Masya Allah, Mbak. Bener-bener sabar banget menghadapi anak-anak yang berantem. Jadi orang tua memang harus begitu, ya. Urusan anak ya biarkan mereka selesaikan dulu selama tidak ada tindakan kekerasan. Jadi Ibu jangan bentar-bentar melerai dan pilih kasih, bisa-bisa ada anak yang mendendam deh.

    ReplyDelete
  10. Kakak Faiz so sweet deh akhirnya mau memeluk adik Fira. Dendamnya sudah hilang ya kak, berkat ummi Astin yang sabar menengahi pertikaian dua bersaudara ini. Salut dengan umminya deh, sabar bangeeett...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Mbak, belajar terus jadi Ibu. Mohon doanya

      Delete
  11. Sepakat mba. Aku pernah alamin anak pertama ama ketiga berantem. Dua duanya ya aku blangin jadi nggak salah satu aja yang mneuutku harus mengalah dan minta maaf

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama ya Mbak, soalnya kalau ngomongin pas mereka masih pd emosi juga sering gak masuk. Belum kalau ortu kecapean banget, ujung -ujungnya emosi juga, hehehee. Belajar aku Mbak, belajar terus jadi Ibu

      Delete
    2. Iyap bener banget. Sampai kapanpun masih berusaha untuk menjadi ibu yang baik ya mba. Semangat :)

      Delete
  12. Betul Mak, orang tua adalah role model jadi kita ingin anak Soleh ya ortu harus jadi Solehah dan Soleh dulu biar mereka bisa mencontoh ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan memang tak mudah memang ya mba. Tapi insyaAllah memang itu tugas orangtua untuk memberikan contoh yang terbaik ya

      Delete
  13. Artikelnya sangat bagus banget Mak. Ini penting banget buat dibaca sebagai referensi pengalaman mengatasi anak berantem. Jujur aja aku sama adikku walaupun sudah besar tetap aja suka berantem juga kalo ketemu wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaah, begitulah anak-anak. Masih jadi anak yaaa. Aku sama kakak dan adik, setelah kerja dah sama sekali gak ada drama berantem. Kami masing-masing memahami meski salah satu ada kesalahan. Ya udah, itu kesalahan dia, yang lain gak ikut campur, khawatirnya malah jadi berantem juga ya. Alhamdulillah sampai punya anak-anak, kami terhitung gak pernah berselisih, Insya Allah sampai kapanpun, aamiin.

      Delete
  14. Nah iya ya mbak, nggak gampang memang menjadi penengah anak-anak ya. Aku sendiri sewaktu kecil juga gitu kalau ibuku melerai dan menyalahkanku karena berantem sama adik, aku suka merasa diperlakukan nggak adil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tu kan, sama, jatuhnya ada perasaan ibuku kok memihak adik terus. Kasihan nantinya, khawatir inner child tersebut terbawa sampai punya anak

      Delete
    2. Betul banget, aku aja kadang udah setua ini ((tua)) sesekali kebayang masa kecil yang nggak enak :(

      Delete
  15. ternyata jarak usia yang lumayan jauh enggak menjamin mereka akan akur selalu ya mbak. so far kedua anakku masih akur sih dan si kakak masih mau mengalah. semoga selalu begitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awalnya kuberpikir bakal begitu. Tapi umumnya kakak dan adik, katanya gitu pasti ada aja yang jadi bahan berantem. Tinggal ortunya aja yang menghandle gimana.

      Delete
  16. Nggak ada cerita kalau antara saudara nggak berantem hehehe. Tapi kalau masih sebatas berantem tang wajar, insya Allah masih aman ya mbk. Aku masih punya abak satu, baca ini jadi tau apa yang harus aku lakukan nanti kalo punya anak kedua dan seterusnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah Mbak. Tantangan ibu punya anak lebih dari satu ya, pasti ada drama-dramanya. Jadi belajarlah terus,

      Delete
  17. Nah PR paling besar bagiku adalah mengajarkan untuk memaafkan
    Soalnya saya sendiri sering merasa dendam kalau dijahatin anak-anak
    Padahal ya anak-anak belum tahu aja kalau salah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedihnyaa, dijahatin gimana? Kemarin Fira juga matahin kran mesin cuci, padahal susah banget pasangnya yak. Awalnya aku ngeluh, iyaaaaaah...tapi balik lagi, semua dah patah mo diapain. Fira juga bilang minta maaf, masa aku enggak maafin. Keran patah bisa diakalin gimana, tapi hatinya patah, kutakut dia bakalan takut sama aku. Aku enggak mau, ya Allah nulis sembari mewek.

      Delete
  18. dulu kalau lihat anak-anak berantem, saya buru-buru melerai. Lama-lama saya biarin aja, biar mereka belajar menyelesaikan masalah diantara mereka. Dan bener banget, saya cuma nonton aja, mengamati dan berjaga-jaga kalau berantemnya udah mulai main fisik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mbak, proses menjadi ibu gak langsung seketika itu bisa mengahdapi persoalan. Aku berawal dari begitu, aku diingatkan suami, belajar banyak dari tausiah ustadz dan ustdazah, belajar dari pengalaman hidup, belajar untuk memahami, kalau anakku kuginiin,nanti kalau mereka besar kek mana ya?

      Delete
  19. Aku sdg peer banget mba menghadapi sibling. Anakku suka sebel sm adeknya yg baru 2 tahun. Dan kadang refleks aku sk memihak si adik. Bkn knp tp kasian msh kecil. Jd kalo lg sibuk suka refleks. Tp kalo udah gak sibuk baru bs praktik yg 'benar'. Hiks. Artikel ini bikin nyadar lg spy bs jd ibu yg adil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Me too Mbak. Awalnya aku juga begitu. Kasihan adiknya yang masih kecil. Tapi ternyata cara itu belum sepenuhnya benar, karena bisa jadi, adiknya juga yang bikin kesel kakaknya dan kakaknya sedang bad mood. Palingan kuberi tahu, bahwa adiknya gak sengaja begitu, salahnya maafin ya, besok pasti dia gak begitu. Adiknya juga kukasih tahu, meski masih kecil, Insya Allah paham ya. Kalau berantemnya hal besar yaa, komunikasikan dan mencari solusi bersama. Kemarin mereka berantem gara gara tablet kakak didudukin adiknya. Fatal banget Mbak, sampai rusak tabletnya. Kakaknya juga naro di bawah, ngeledek adiknya, adiknya juga refleks dudukin, rusak dah. Aku, diem aja. Alhamdulillah. Karena kalau aku tambahin, pasti nyerempet ke mana mana dan nyalahin mereka berdua, karena jelas itu kesalahan mereka berdua. tapi yaa, ngasih sarah supaya hati-hati naro tablet dan berpikir dulu sebelum bertindak. Jadi, ngebenerin hape 800 ribu itu terlalu murah, dibandingkan patahnya hati anak-anak. Hiks

      Delete
  20. Setuju pake banget.
    Gak ada yang lebih ngangenin dari berantem sama sodara.
    Ini baru aku rasain setelah menikah. Aku kangen sama mas-masku yang duluuu...saat tinggal serumah, sering banget dibuat nangis (karena aku anak perempuan satu-satunya dan anak terakhir, jadi berasa sering dianiaya, hehhee)

    Sekarang kalo telponan, uda gak pake sungkan-sungkanan, terutama sama mas yang ketiga, yang jarak usianya sama aku paling deket, 6 tahun.

    Yakin, anak-anak memiliki fitrahnya.
    Bismillah, semoga Allah membimbing ke arah yang benar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi kenangan berantem ya. Lagian anak-anak juga berantemnya gumush gumush gak penting yaa. Tapi mereka jadi belajr gimana nguasai emosi dan ngatasi permasalahannya.

      Amiin, semoga selalu dimudahkan yaa. Makasih Mbak Lendy

      Delete
    2. Iya, setuju banget.
      Mereka bisa menyampaikan apa yang disukai dan gak disukai.
      Sehingga lebih mendekatkan secara emosional.

      Delete
  21. wah makasih banget tipsnya mak astin, kebetulan banget anak anak aku lagi hobi bener berantem.akhir akhir iniiii.. pusing mamanya kalo anaknya dah ribut beduaaa.. wehehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pusing banget, belum kalau kerjaan rumah numpuk, pengen ngeblog, pengen pegang hape, duh dah. kalau mikirnya semua akan selesai tanpa kita ikut emosi, selesai juga yal Semangat belajar ya Mak

      Delete
  22. Huhu susah deh jadi Hakim yang adil itu. Apalagi kalo yang berantemnya sama si bungsu. Pasti deh lebih condong ngebela si bungsu. Kudu belajar lagiiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. YUk belajar sama-sama, pembelajaran seumur hidup menjadi ibu. Iyaa, kasihan nanti si bungsu di bully mulu sama kakaknya, diangep anak kesayangan gitu. Hehehe

      Delete
  23. Berbuat adil ke anak-anak emang penting banget. Palagi kalau mereka lagi berantem atau berebut ya..ibuk harus bener-bener bersikap adil dan bijak untuk anak-anaknya...Jadi mereka kelak pun akan bersikap adil dan bijak Insyaallaah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, karena juga ngaruh ke masa depannya nanti. Di masa sekarang anak akan merasa diperlakukan gak adil dan mengganggap ortu pilih kasih

      Delete
  24. Closing statement-nya mantaabbb banget mbaa
    Sikap dan Sifat anak-anak tergantung dari doa dan perbuatan orang tuanya. Jadilah ibu yang menjadi apa yang diinginkan dari anak-anaknya. Ingin anak pintar, jadilah ibu yang pintar terlebih dahulu. Ingin anak sopan, jadilah ibu yang sopan terlebih dulu

    Makasiii reminder-nya ya mba
    Hakjlebb banget iniii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, anak-anak saat ini makin berpikir kritis dan pintar. Jadi, aku belajar untuk belajar dulu sebelum meminta anak untuk melakukan apa yang kita mau

      Delete
  25. kadang nahan diri tuh yang agak susah, apalagi kalo volume suara masing2 udah tambah kencang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tambah rame kalau kkitanya juga ikutan bersuara. Hehehee

      Delete
    2. Lho komenku kepencet trus hilang

      padahal senang banget baca tips darimu Mbak Astin. Ini anak-anakku mulai rebutan mainan, sendok, apa aja deh pokoknya selalu riuh setiap hari. Hahaha ... padahal masih bayi juga yah. Trus SID jadi merasa dia udah gede maka lebih powerful merebut yang dipakai adiknya.

      Delete
    3. Iyakaaah, dudhuuuh. Sekarang aku bisa baca komenmu, Len. Wajarlah ya, karena awalnya SID sendiri terus hadir adiknya, adiknya kepingin apa, SID jadi berpkir kok direbut? rebut balik ah. Hahahaa, gumush yaaa, pemandangan seperti itu. Faiz dan Fira dari kecil suka aku fotoin tu yang lagi manis-manisnyaaa, kalau mereka sedang kesel keselan, aku tunjukin fotonya. Huhuuu, aselik jadi momen baper

      Delete
  26. MasyaAllah aku jadi banyak belajar dari tulisan ini. InsyaAllah akan aku terapkan...tapi karena anakku masih balita, jadinya sekarang berantemnya adu jotos mba :( belum adu argumen, dan itu terjadi kaya hampir setiap menit huhu lelah jg rasanya haha semoga hatiku semakin lapang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehheehe lucu ya, Bun. Aku jadi nginget masa Fira bayi dan kakaknya Balita. Jarang berantem atau rebutan dech, malah kakaknya yang lebih baik hati banget. Nah pas adiknya mulai bisa merebut, mulai bisa berbicara, aduhaaai begitulah. Hahahaa, awalnya aku gagal tapi lama-lama aku mengambil sikap yang mencoba membiarkan dulu dan biarkan mereka menyelsaikan persoalannya. Lebih nyaman dan tenang hdupku, Mbak.

      Delete
  27. Duh baca ini jadi inget masa masa anak anak masih kecil, berantem memang kerjaan anak2 tiap hari hehe..apalagi ada 5 anak nih..huhu rame deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rame Mbaaaak, luar biasa sabar dan berhati mulia ibunya yaaa. Aku selalu diingatkan suamiku kalau aku banyak ngeluh tentang anak-anak berantem. Jadi yaa, salah satu mengapa aku belajar mengelola emosi yaa karena aku gak mau aku miss menghadapi anak-anak.

      Delete
  28. Aduh, seperti tertohok membaca tulisan Mba Astin. Jujur aku masih suka terpancing emosi saat anak-anak sedang berantem. Apalagi jika momennya nggak pas. Misal pas adik bayi lagi tidur, kakak-kakaknya malah berantem dan berujung ada yang nangis. Mau menengahi, mau melerai, atau mau seperti yang dijelaskan Mba Astin di postingan ini, tapi kudu ngurusi bayi yang udah ngeeek alias nangis. Heuheu
    Semoga bisa terus belajar~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku paham Mbak, Temen-temenku suka cerita yang memiliki anak lebih dari dua. Akupun ngalami banget kok, pas anak sedang berantem dan kitanya lagi bad mood juga, atau lagi banyak pekerjaan yang kudu diselesaikan. Lama-lama aku berpikir, dan mencoba mengubah, aku tak perlulah ikut emosi dan mencoba pelan-pelan, gak langsung sukses lah ya, namanya mak mak yang lagi belajar. Eh, Alhamdulillah malah nyaman loh, kalau kitanya gak ikut smosi. Aku diem aja tips ya, wkwkwkw. Sampai anakku mungkin jadi bingung pertama ngelihat aku diem.

      Delete
  29. Aku agak kesentil sih baca ini mba, mengingat aku msh sering ga adil terhadap anak2. LBH berat ke adiknya yg masih kecil, dan si Kaka terlalu sering aku minta mengalah :(.

    Jd nyesel sih, Krn biar gimana aku ga mau ngerusak karakter mereka berdua nantinya. Memang sih, bawaan pgn cepet diemin anak, jd ibunya kdg suka pake cara cepet. Tp memang itu ga membantu sbnrnya, dan si anak bakal ngilangin lagi ribut yg sama :(.

    Tx sharing nya mba. Aku mau LBH berusaha jd ibu yg adil buat anak2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku dah lelah juga Mbak, ngelihat mata si kakak yang suka sedih, karena suka aku marahin karena isengin adeknya. Padahal sering juga adiknya yang mulai dulu.

      Sedihlah Mbak, jadi aku gak mau berlanjut., Huhuu, nangis aku nulis ini.

      Iya Mbak, dirimu bisa menjadi ibu yang adil untuk anak-anak

      Delete
  30. aku setuju kak, krn anak adalah cerminan dr orang tua, klo aku lebih kek gak mau nyalahin anak...aku lebih intropeksi diri bersama suami

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, kesalahan anak bisa jadi kesalahan orang tuanya. Eh keknya sudah pasti dink, Anak salah ya ortunya juga salah.

      Delete
  31. Ya Allah, dapat ibu yang bijak seperti ini alangkah senangnya. kadang ada pula anak yg susah akur karena ortunya kurang bisa menengahkan mereka ketika berantem. Artikelnya bagus nih buat para ortu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Neng. Selalu belajar dan belajar menjadi ibu yang baik dan selalu ingin belajar menjadi baik. Semoga bermanfaat ya

      Delete
  32. Melihat dengan jernih permasalahan, mengamati, mencari solusi dan mengeksekusi. Tepat sudah Mbak. Tapi kalau saya paling nggak sabaran dan biasanya langsung semprot aja dua-duanya. Malah ada anak-anak teman saya rebutan barang eh barangnya malah sengaja dia rebut lalu lempar. Ini malah lebih emosian orang tuanya daripada anak-anaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu realita kebanyakan ibu ibu. Lupakan yang itu Mbak, hehehe. Semoga kedepan saya khususnya dan para ibu mampu mengontrol dan menguasai emosinya. Apapun yang diperbuat anaknya. Insya Allah ada balasan terindah bagi ibunya. Aamiin

      Delete
  33. Seperti dicubir rasanya baca ini huhu kadang aku mikir apakah aku sudah bersikap adil atau belum ya kepada anak-anak?. Tapai kalau berantem gitu biasanya aku lerai mereka dan tanya satu-satu apa sebabnya dll. Terus suruh mereka minta maaf satu sama lain.

    ReplyDelete
  34. wah aku baisanay dilihat saja , aklau mereka gak bisa nyelesaikan baru aku turun tangan. tapi alhamdulilah sih semenjak mereka berpisah karena kuliah dan akhirnya kerja, akur banget dan saling menyayangi.

    ReplyDelete

Haaai, Terima Kasih ya sudah mengunjungi Buku Harian Anak-Anak


Yuk jejakkan komentar, supaya saya juga dapat berkunjung balik. Terima kasih ^-^