Thursday 17 January 2019

Persiapan Membawa Bayi Usia 3 Bulan Pindah Rumah Antar Kota



[Tips] : Membawa Bayi Usia 3 Bulan Pindah Rumah


Sebagai orang tua baru, rasanya dag dig dug der saat akan membawa bayi usia 3 bulan pindah rumah. Pindah rumahnya gak tanggung-tanggung lagi, antar kota dalam provinsi. Dari Cilacap menuju ke Ibu Kota Jawa Tengah, yaitu Semarang. Meskipun menggunakan mobil pribadi dan suami sendiri yang memegang kemudi, rasa nano-nano itu tetap ada.

Faiz usia 3 bulan. Sudah dicukur gundul sudah belajar tengkurap dan berada di rumah sendiri, meski rumah kontrakan


Memikirkan bagaimana kalau tiba-tiba bayinya rewel di perjalanan. Perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan selama di perjalanan, saat membawa bayi usia 3 bulan pindahan. Membayangkan, saat tangan pegel memegang bayi yang tertidur, siapa yang bisa menggantikan. Apa saja dech, hal-hal yang belum terjadi, dibayangkan, sampai ramai sendiri saat menyiapkan perlengkapan membawa bayi usia 3 bulan pindahan rumah.


Pengalaman itu menjadi pengalaman pertama saya dan suami sebagai pasangan orang tua baru. Baru memiliki anak pertama, dan harus membawa bayi usia 3 bulan pindah rumah. Jauh dari orang tua, jauh dari saudara dan berada di tempat yang sangat asing bagi saya dan suami. Meskipun saya orang Jawa Tengah, tapi itulah saat pertama saya menginjakkan kaki di Kota Semarang. Apalagi suami? suami adalah orang yang tidak pernah jauh dari rumah Ibunya di Jakarta. Di awal pernikahan, menjadi orang tua baru, berada di kota yang asing, jauh dari orang tua dan saudara. Kalau ada nama episode buat menggambarkan kehidupan kami, apa ya, namanya? heheee. But Alhamdulillah, inilah awal kehidupan kami, Insya Allah diberi keberkahan oleh Allah, aamiin.

Persiapan Membawa Bayi Usia 3 Bulan Pindah Rumah


Saya yang terbiasa ditemani oleh bapak dan ibu selama 3 bulan merawat bayi, harus berpisah dari semua zona nyaman tersebut. Saya dan suami harus siap menghadapi hal tersebut, toh kami berdua sudah sama-sama dewasa dan  siap memulai membangun kehidupan rumah tangga. Membangun kehidupan masyarakat yang terkecil, bersama bayi usia 3 bulan.

Supaya dapat berbagi dengan para orang tua baru, saat akan membawa bayi usia 3 bulan pindah rumah dan melepaskan semua zona nyaman bersama kakek dan nenek, ini ada beberapa hal yang memudahkan saya saat harus membawa bayi usia 3 bulan pindah rumah.

1. Menyadari Tanggung Jawab sebagai Orang Tua


Sejak menikah, berarti saya siap untuk hidup mandiri, tanpa tergantung dengan orang tua. Alhamdulillah saya diberikan beberapa kesempatan untuk tinggal berjauhan dengan orang tua. Jadi, kehidupan mandiri saya, Insya Allah menjadi bekal saya membangun kehidupan rumah tangga.

Apalagi setelah lahir anak pertama, saya menjadi ibu dan suami menjadi ayah, kami berdua menjadi orang tua yang secara mutlak adalah dua orang yang merawat anak kami. Bapak dan ibu saya hanya menjadi pengawas dan pemberi masukan tentang hal-hal yang kami tidak ketahui, bukan orang yang harus ikut memikul beban saya saat menjadi orang tua.

Faiz 3 bulan dalam dekapan saya di dataran tinggi Klipang. Beberapa hari setelah melakukan perjalanan jauh, Cilacap Tangerang. Pegangannya masih kaku yaaa, harap dimaklumi yaaa


Bapak dan ibu memang berada di samping saya, tapi bukan mengambil peran untuk menggantikan tugas saya sebagai orang tua. Kecuali saya berada dalam keadaan yang sangat payah sehingga tidak mampu menjalankan tugas sebagai orang tua. Begadang saya lakukan sendiri, karena saat itu LDR dengan suami. Mengambil perlengkapan bayi itu tanggung jawab saya, meskipun mencuci, menjemur dan menyetrika pakaian saya dan bayi, saya delegasikan kepada asisten rumah tangga.

Bapak dan ibu memberi contoh, bukan pengatur hal-hal yang sebaiknya saya lakukan kepada anak saya. Bapak memberi contoh bagaimana cara saya menggendong bayi merah, mungil. Bagaimana cara membedong, membersihkan kotoran bayi. Ibu memberikan masukan bagaimana menata kamar supaya terlihat nyaman untuk saya dan bayi saya.

Menyadari tanggung jawab terhadap bayi saya adalah tanggung jawab saya dan tidak membebankan semua kepada kakek dan nenek, saya diberikan kemudahan saat akan pindah rumah. Bapak dan ibu juga melepaskan saya dengan tenang, karena saya dirasa mampu terjun sendiri merawat bayi sendiri dan jauh dari siapa-siapa.

2. Latihan Sendirian di Rumah


Berada di rumah Bapak dan Ibu adalah zona ternyaman bagi saya setelah melahirkan. Walaupun Bapak dan Ibu tidak ikut andil terlalu dalam, saya merasakan kehidupan saya nyaman. Tidak ada baby blues, meskipun LDR dengan suami yang saat itu berada di Jakarta. Semua karena rasa siap saya menjadi seorang ibu dan orang tua. Ada Bapak dan Ibu yang memberikan support batin, mengatakan bahwa saya mampu merawat bayi dengan segala keributannya.

Sayapun diberikan asisten rumah tangga, supaya saya fokus merawat bayi. Jadi, nikmat mana lagi yang kamu dustakan? meski kadang ada ribuan drama, saya tidak membebankan keadaan tersebut kepada Bapak dan Ibu. Sesekali memang Bapak menggantikan saya menggendong Si Kecil, saat saya sedang mandi atau berada di luar rumah.

Bapak dan Ibu juga memberikan saya latihan berada di rumah sendirian. Hal itu untuk kesiapan saya setelah membawa bayi pindah rumah, tanpa siapa-siapa di sana. Latihan demi latihan saya lalui, karena saya sadar, saya bakal sendirian nanti di tempat baru, saat suami sedang bekerja. Alhamdulllah, saya tidak pernah menghubungi Bapak dan Ibu untuk lekas pulang.

3. Hati Tenang dan Pikiran Positif


Menjadi seorang ibu hati harus tenang, begitu pula dengan pikiran harus positif. Saya diajari oleh ibu saya, bahwa hal yang pertama harus dipikirkan adalah bayi, pekerjaan rumah tidak akan pernah habis. Hati harus tenang, menghadapi bayi , hati seorang ibu harus tenang, jangan grusa grusu, istilah jawanya.

Tapi namanya ibu baru, pasti ada dong hati yang gundah dan gelisah. Tapi Insya Allah dengan pendampingan dari suami, Bapak dan Ibu dan juga saudara yang memberikan support, hati ini mampu tenang dan merawat bayipun menjadi lebih ringan.

Pikiran juga harus positif, memikirkan hal-hal yang membuat bahagia mampu membuat bayi tenang juga loh. Teorinya sich seperti itu, tapi saya pernah mempunyai banyak sekali pengalaman yang sangat dramatis. Rasanya hampir berteriak histeris pada dini hari, namun saya selalu mengingat Allah. Allah-lah sebaik tempat memohon dan meminta perlindungan.

Menikmati kehidupan mandiri di kota yang asing. 


Pengalaman menunggu kabar suami sampai Semarang sampai dini hari. Bukan kabar gembira saat telepon dapat dihubungi, namun suara dari orang lain yang menyesakkan dada. Alhamdulillah hanya benda berupa telepon genggam yang berpindah tangan. Saat mendengar suara suami dan kabar sudah sampai rumah, rasanya hati dan pikiran menjadi tenang.

Jadi, berada di lingkungan orang-orang yang menebarkan hal-hal positif menjadi salah satu cara untuk berbahagia. Apabila hal tersebut tidak dijumpai, cobalah untuk membuat kebahagiaan sendiri, toh bahagia itu diciptakan bukan dicari.

4. Persiapan Perlengkapan Bayi di Perjalanan


Saya dibantu oleh Ibu menyiapkan perlengkapan apa saja yang sebaiknya di bawa saat di dalam perjalanan. Ibu saya kebetulan orang yang paling detail. Ibu dan Bapak saya orangnya terorganisir, semua hal dicatat dan tidak boleh ada yang tertinggal. Sebaiknya mempersiapkan lebih daripada kurang atau tidah terbawa.

Mungkin ibu-ibu sudah memahami semua ilmu persiapan perlengakpan bayi di perjalanan. Sekedar sharing, saya akan ceritakan secara sederhana di sini ya.  (1) Untuk bayi yang dibantu menyusu menggunakan susu formula, sebaiknya siapkan dua buah termos saat melakukan perjalanan luar kota yang menempuh jarak jauh, kurang lebih 8 jam perjalanan. Termos besar dan termos kecil. Termos kecil untuk menuang air panas ke botol dan termos besar untuk mengisi apabila termos kecil habis.

Bisa sich beli di perjalanan, tapi apa iya para ibu tahu sumber air yang digunakan untuk menyeduh air panasnya. Kalau saya peribadi, saya lebih memilih membawa dua buah termos tersebut. (2). Masukkan ke dalam tas sedang, perlengkapan baju bayi lengkap sampai 3 stel, diapers 6 buah, minyak telon, kapas pembersih dan air bersih untuk membersihkan kotoran bayi. Sampai sekarang, anak saya sudah berusia 4 tahun, saat dalam perjalanan saya selalu membawa baju ganti di tas jinjing saya.

(3) Membawa handuk kecil, perlak, washlap dan obat-obatan ringan untuk bayi juga sangat disarankan. Handuk kecil saya gunakan untuk melapisi perlak saat sedang membersihkan kotoran bayi. Sedangkan washlap saya gunakan untuk membasuh wajah bayi, bisa juga membawa dua buah untuk membasuh badan bayi juga. Obat-obatan ringan untuk bayi usia di bawah 1 tahun memang sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter, namun untuk berjaga-jaga, tidak ada salahnya membawa penurun panas saat dalam perjalanan bersama bayi.

(4) Bantal bayi dan bantal sedang menjadi pilihan untuk dibawa, apalagi saat menggunakan kendaraan peribadi. Rasa pegal memegang bayi, apalagi saat tertidur, bisa ditopang menggunakan bantal. Saya lebih menyukai memangku bayi yang tertidur meskipun harus selalu terjaga, dibandingkan meletakan bayi yang tertidur di kursi mobil. Saat saya mengantuk, lebih baik saya ajak suami untuk menepi untuk tidur di tempat aman, misalnya di Pom Bensin atau rumah makan.

(5) Mainan bayi juga boleh disiapkan, meskipun bayi baru berusia 3 bulan saat itu. Bayi usia 3 bulan, sudah memiliki waktu terjaga yang lumayan untuk diajak bermain. Persiapkan mainan bayi yang sederhana saja namun membuat si bayi menjadi tenang.

Pyuh, rasanya sibuk-sibuknya persiapan membawa bayi usia 3 bulan pindah rumah itu masih terasa. Menggunakan mobil operasional kantor berjenis mobil carry warna merah. Berjuang di Kota Semarang tanpa ada saudara hanya bertiga saja, saya, suami dan bayi usia 3 bulan. Semua asing, semua baru, rasanya lebay kalau dipikirkan, tapi Alhamdulillah kami bisa menjadi seperti sekarang. Terima kasih banyak untuk support system kami semua. Hidup kami memang tidak mulus, tapi tempaan kehidupan yang begitu rupa, menjadikan kami Insya Allah kuat. Semoga semua yang sudah saya dan suami lakukan menjadi contoh untuk anak-anak kami kelak.

Jangan pernah memberikan beban mengasuh bayi dan anak-anak kepada orang tua kita, kecuali keadaan begitu payah. Saya dan suami memiliki prinsip lebih memilih tinggal terpisah dari orang tua setelah menikah dan memiliki anak. Prinsip kami, berani menikah adalah berani untuk mengemban tugas sebagai orang tua, bukan hanya melakukan pekerjaan rumah saja, tapi mengasuh anak dengan segala kerempongannya.

Mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan, tapi semua itu adalah hal-hal yang sebaiknya dipersiapkan saat membawa bayi pindah rumah. Bertiga di rumah baru, bertiga bersama-sama belajar memulai kehidupan secara mandiri.




3 comments:

  1. Baby blues bahaya banget mbak, ada yang sampai bunuh diri. Untungnya mbak gak mengalami hal itu padahal jauh dari suami.

    ReplyDelete
  2. dulu waktu anak usia 9 bulan saya baru pindah rumah

    ReplyDelete
  3. Terima kasih, saya tunggu artikel selanjutnya
    Rahasia menjadikan anak cerdas

    ReplyDelete

Haaai, Terima Kasih ya sudah mengunjungi Buku Harian Anak-Anak


Yuk jejakkan komentar, supaya saya juga dapat berkunjung balik. Terima kasih ^-^