Friday 15 April 2016

Bersabar Saat Memperlakukan Anak

Malam ini, menulis lagi untuk merekam jejak jejak anak-anak pada buku harian anak anak. Rasanya baru kemarin melihat Faiz berlari-larian karena tidak ingin ditinggal saya untuk bekerja. Rasanya baru kemarin Faiz mengelus perut saya yang sedang hamil Fira.

Malam ini, setelah mengantar Fira berobat ke dokter. Berobat karena abinya kasihan melihat putri cantiknya itu pilek dan batuk dan sedang tidak suka nasi. Awalnya saya ragu, alasannya, Fira bertolak belakang dengan kakaknya. Sulit sekali saat minum obat.

Ternyata ada satu hal lagi yang bertolak belakang. Menangis meraung-raung di dalam kamar periksa. Sudah dua kali ini, Fira dibawa ke dokter. Menangis dan meraung lagi. Awalnya saya ingin menunggu sampai Fira nyaman, baru dokter memeriksanya. Tapi bu dokter meminta saya untuk merebahkan badan Fira. Sedih.



Sampai di rumahpun, ketika memberikan Fira obat. Tangisan dan tolakan dari Fira. Kakaknya menyemangati adiknya. Tapi tetap saja, tiga suap obat tidak seratus persen masuk ke dalam mulutnya. FAIL?

Hanya doa dari saya, agar pilek dan batuk Fira yang cukup mengganggunya segera diangkat. Fira dapat berlarian dengan bebas tanpa harus ada cairan hangat dari hidungnya. 

Malam ini pun, adalah malam pertama Faiz menjalankan keinginan dan niatnya untuk tidur sendirian. Di kasurnya, bukan di dalam kamar utama kami. Kaget? enggak, niatnya sudah sering sekali dilontarkan. Faiz mempersiapkan baju ganti untuk mandi besok pagi. Jam weker diset pukul 3 pagi.

Malam ini, di mana saya ingin tidur lebih awal, tidur dengan nyenyak, tapi harus rela untuk menemani Faiz terlebih dulu. Memang sich, dia tidak meminta. Tapi Faiz yang anak umian, kata akung dan utinya. Faiz yang tidak dapat lepas dari uminya meskipun hanya sekejap. Faiz yang akan memukulkan tangannya ke badan saya, ketika saya hilang dari pandangannya.





Ach...ingatan saya kembali mengenang masa kecil Faiz. Faiz sudah terlelap dan bermimpi akan impiannya. Sebenarnya saya TIDAK TEGA, Faiz tidur sendirian. Sebenarnya saya ingin mengatakan LAIN KALI SAJA. Saya hanya dapat menarik kasur di bawah tempat tidurnya. Menemaninya berdoa dan menemaninya hingga Faiz terlelap baru pindah ke kamar.

Pikiran sayapun langsung bergejolak, menemaninya atau pindah kamar. Hmmmmmm, ya Allah jika saya tetap menemaninya dan bangun lebih awal dari Faiz, dia juga tidak tahu kalau tidurnya ditemani. Dengan begitu rasa percaya dirinya serta jiwa pemberaninya sudah afdolkan ya? mungkin untuk malam pertama ini, saya akan menemaninya. Itu keputusan saya. Uminya yang cengeng ternyata *hiks, how dong...Love you, my son.

6 comments:

  1. sabar terus tiada henti ya mbak, dalam segala apapun mmg harus bersabar apalagi sbg ibu. Saya juga pernah mengalami hal yg sama :-)

    ReplyDelete
  2. Semoga cepat sembuh ya untuk fira. Bicara soal mulai tidur terpisah, saya juga deg degan nih.. sepertinya malah saya yang susah rela tidur pisah sama navaro :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, memang diperlukan ketegaran seorang ibu ya, Mbak. Salam buat Navaro

      Delete
  3. Wah jadi inget waktu ketemu Faiz pas acara Srikandi Blogger, nih Astin. Insya Allah Faiz bisa tidur sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa...dududuuh, Faiz masih seperti itu tuuh. Tapi sudah lebih dewasalah..hehee

      Delete

Haaai, Terima Kasih ya sudah mengunjungi Buku Harian Anak-Anak


Yuk jejakkan komentar, supaya saya juga dapat berkunjung balik. Terima kasih ^-^