Friday 9 December 2016

Bersabarlah untuk Hari Pertama di Sekolah Anakmu

Rasanya kenangan ini pasti akan terus ummi ingat. Akan ummi simpan terus dalam hati dan ingatan ummi. Memandang wajahmu sekarang, ummi selalu bersyukur kamu mampu melewati masa-masa yang sulit. Pasti tidak mudah untuk bangkit dari rasa yang membuatmu tidak nyaman. Maafkan ummi ya, Nak. Kenangan masa kecilmu telah ternoda dengan ketidaknyamanan yang kamu terima di hari-hari pertama kamu sekolah.


Ummi tidak menyangka, kalau pada usiamu yang 5,8 tahun dengan pesan dari guru TK, kamu mampu dan bisa masuk SD. Ternyata ada hal yang tidak ummi dan abimu pikirkan, faktor emosionalmu belum mampu berada di lingkungan yang terlalu berbeda dengan kondisi kelasmu di TK.

Walaupun ujian masuk SDI Terpadu pada tahun 2015-2016 kamu bagus. Ternyata benar, anak masuk sekolah bukan cuma nilai akademiknya yang diperhatikan. Bukan nilai dari pelajaran berhitung, membaca ataupun menulis yang ditonjolkan. Tapi ada sentuhan emosional yang harus didengarkan, harus diperhatikan. 



Hari-hari pertama di sekolah yang ummi pilih, dengan anggukan kamu, bukan jaminan kamu anak nyaman berada di sana. Entahlah, ummi yang kurang menggali informasi tentang sekolah tersebut, atau memang standar untuk siswa SD kelas 1 di hari pertama sekolah, adalah langsung mencerna pelajaran. Langsung menulis sebanyak lima baris dengan kalimat yang panjang?

Ummi masih berada di luar kelas, melihatmu sangat bersemangat di hari pertama kamu sekolah. Ummi sengaja pilihkan kamu bangku di depan sendiri. Supaya kamu, bisa fokus dan mendengarkan guru kelasmu. Berkenalan dengan guru kelasmu yang sedang hamil besar, menitipkan kamu kepada beliau dengan harapan yang sangat besar. 

Pulang sekolah di hari pertama, kamu bercerita dengan senang tentang sekolahmu kepada nenekmu. Lukisan wajahmu sangat bahagia. Ummi haru dan merasa tenang, telah menyekolahkan ke tempat yang tepat. Di sini, ummi merasa menjadi orang tua yang pada umumnya. Memiliki anak sekolah dan bekerja di kantor untuk mencari uang sekalian bersosialisai. 😡

Hari kedua dan hari-hari selanjutnya, menjadi drama yang meninggalkan luka di hatimu. Luka di kenanganmu. Luka di seluruh kenanganmu, Nak. Maafkan ummi, maafkan ummi yang alpa berpikir faktor psikologi dan emosionalmu.

berawal dari tak melihat sosok ummimu, kamu ke luar kelas dan menangis tergugu. Tak ada yang dapat merayumu untuk masuk lagi ke dalam kelas, sampai ummi datang setelah dipanggil wali murid yang lain. Ummi kaget sayang, ummi tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Ada apa ini? guru kelasmu mengatakan awalnya semua baik-baik saja. Hanya karena Faiz tidak melihat umminya.

Hari-hari selanjutnya adalah hari yang sulit. Hari yang penuh drama setiap kali langkah kakimu, ummi tuntun masuk ke dalam gerbang sekolah. Ke dalam kelas dan bertemu dengan guru kelasmu. Teman-temanmu juga mengajakmu masuk, tapi kamu tetap bertahan tidak akan masuk, tanpa ummi.

Awalnya ummi diijinkan masuk ke dalam kelas. Ummi duduk di lantai di belakang bangku terbelakang. Ummi berdoa, ummi berharap dan ummi selalu mengatakan kamu akan baik-baik saja di sekolah ini. Guru kelasmu juga mengatakan, kamu mampu, kamu mengikuti dan kamu bagus. 

Dicoba ummi menunggumu di luar kelas. Seketika itu juga, kamu meronta, kamu menangis dan menarik tangan guru kelasmu yang memegangmu. Guru kelasmu mengatakan, sudah bu, biarkan saja, nanti di dalam kelas, pasti diam. Pintu akan saya tutup dan saya kunci. Setelahitu tangisanmu meninggi, kamu mengamuk dan tidak mau duduk di kursimu. 

Ya Allah, Nak, maafkan ummimu. Ummi tidak tahu, apakah hal itu baik untukmu? maafkan ummimu yang melukiskan kenangan yang tidak menyenangkan buatmu. Di hari pertama kamu sekolah. 

Ummi berdiri menunggumu di bawah jendela yang tingginya sama dengan tinggi ummi. Ummi menunggumu dalam terpaan sinar matahari yang menyengat, ummi menunggumu dalam semburan debu dari lapangan yang berjarak hanya satu meter dari tempat ummi berdiri. Du haaaaai, anakku, maafkan ummimu.

Ummimu tak kuat menahan banyak sekali pertanyaan dari wali murid yang lain.

"Anak ibu terlalu dimanja?"

Kamu selalu bersama ummi dari usia 0 hari sampai usiamu 2 tahun. Ummi tinggalkan kamu bekeerja dalam keterbatasan. Kamu sabar menunggu ummi pulang dari bekerja. Kamu menjadi pribadi yang penurut bila meminta sesuatu tapi ummi belum mampu membelikannya.

"Ummi, nanti kalau ummi punya uang, beli ini ya?" 

Kamu menjadi pribadi yang penyayang dan pribadi yang tidak pernah mencari gara-gara. Kamu bertahan ketika ada anak kecil yang memukulkan mainan ke badan kamu. Kamu cuma tersenyum dan tertawa kecil. Kamu memiliki hati yang baik. 

"ibu tidak pernah memarahi anak?"

Berada di muka umum, kamu menangis? apakah tega ummi mempermalukan kamu dengan memarahimu? kamu sudah merasa luka, apakah tega ummi tambahkan. Iya sich ummi kesel, iya sich ummi marah, iya sich ummi enggak sanggup harus melakukan apa lagi. Rayuan demi rayuan tidak kamu hiraukan. Kamu teteap bertahan untuk tangisanmu, untuk ngambekmu.

Di rumah, ummi memang marah, ummi meminta janjimu, katamu kamu tidak akan ngambek hari ini, kamu akan baik, ummi boleh duduk ketika menunggu kamu belajar. Tapi apa? ummi duduk sebentar, kamu menangis dan memukul ummi. Du haaai, maafkan ummi, Nak. Begitu berat kamu menahan perasaan kesal pada ummimu. 

"Ibu tidak menawarkan membelikan barang yang disuka?"

Yaaah, banyak sekali wali murid yang menyarankan hal ini. Sudaaaah. Anaknya juga sudah janji, enggak bakalan ngambek lagi, bakalan nurut dan ummi boleh duduk di bangku taman. Yang terjadi semua terulang lagi. Drama menangis dan ngambek.

Pertanyaan demi pertanyaan ummi berikan kepada kamu. Tapi ternyata, kamu tidak butuh pertanyaan tersebut. Sekarang ummi baru paham, kamu hanya butuh dimengerti. Kamu tidak suka dan tidak nyaman dengan kondisi di sekolah itu. Semua karena kamu ummi tinggalkan di hari kedua. Semua gara-gara kamu enggak ummi tungguin. Iya, ummi makan sebentar.

"Ummi juga tinggalin Faiz, bu guru nutup pintu, ngunci pintu, ummi pergi"

Ya Allah. 

Alhamdulillah, abimu langsung mengambil keputusan, meminta ummi untuk resign. Supaya pikiran ummi tidak terpecah. Supaya ummi dapat berkonsentrasi hanya kepada kamu. Kamu tahu? adikmu yang masih kecil hanya mendapat sedikit porsi dari ummi saat itu.

Dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang, ummi berdiri di sekolah kamu. Tidak ada perubahan kamu bisa ditinggal.

"Anak ibu enggak punya teman?"

Sakit rasanya mendengar pertanyaan ini. Di dalam kelas, kamu bersosialisasi dengan teman-temanmu. Kamu mau diajak becanda, kamu mau mengajak becanda. Berlari ke masjid bersama teman-temanmu, ke kantin kamu juga bersama teman-temanmu.

Satu bulan lebih, tidak ada perubahan. Setiap masuk ke dalam gerbang, drama selalu muncul.
  1. Pegang erat tangan ummi,
  2. Bibir terkatup
  3. Pandangan nanar
  4. Degub jantungmu berdetak keras
  5. Tangamu dingin
  6. Ingin ke kamar mandi
  7. Lapar dan minta makan, padahal sudah sarapana
  8. Menangis ketika masuk ke dalam kelas
Sampai akhirnya daya tahan ummi juga menurun. Pikiran ummi tidak menentu. Meskipun utimu selalu memberikan ummi semangat, ummi drop juga.

Maafkan ummi yang tidak sekuat ibu-ibu lain dengan pernuh perjuangannya.
Maafkan ummi yang tidak setegar para ibu yang anak-anaknya tidak sebahagia kamu
maafkan ummi, ya, Nak.

Belum sampai dua bulan berada di sekolah itu, ummi menarikmu dan memindahkan kamu ke sekolah yang kamu inginkan. Sekolah tempat teman mainmu bersekolah.

Berhasil ditinggal? tidak. Hanya tiga minggu berada di sekolah ke dua, dengan permintaan yang sama dari kamu. Ummi berada di kelas dan akan menangis dan ngambek kalau ummi enggak ada.

Ada satu hal yang akhirnya ummi menarikmu kembali dari sekolah ke dua.

"Bagaimana mungkin akan naik kelas, kalau belajar saja masih ditungguin?"

Huwaaaaat? di depan ummi dan di depan kamu, guru kelasnya mengatakan hal tersebut. Mungkin ummi yang sedang emosi, ummi butuh untuk disemangati, bukan untuk di downkan. Pikir ummi,  buat apa ummi menyekolahkan kamu di sekolah yang tatanan bahasa seorang pendidik tidak memperhatikan perasaan yang didik? 

Hari-hari setelah kamu berada di rumah bersama ummi yang sudah resign, sangat menyenangkan. jangan ditanya seberapa besar kebahagiaan ummi dan kamu. Beberapa kali, kamu mengikuti acara ummi dengan teman-teman blogger. Kamu mendapatkan banyak sekali pengalaman dibandingkan teman-temanmu yang lainnya.

Kita sama-sama saling meminta maaf, ummi juga jadi paham, kamu tidak suka diperlakukan oleh guru kelasmu di sekolah yang pertama. Pintu ditutup, dikunci dan dibiarkan menangis. Maaf ya,Nak.

Kembali Bersekolah di Sekolah Pilihanmu Sendiri


Tahun ini, sudah satu semester kamu belajar bersama guru kelasmu. Kamu berada di sekolah yang tepat dengan guru yang memahamimu. 


Hari pertama di sekolahmu yang sekarang, kamu kembali membuat drama. Ummi dan abi deg-degan sewaktu melihat kamu, keluar dari kelas dan berlari dengan kencang ke arah tempat parkir. Kamu pasti teringat hari itu. Hari satu tahun yang lalu, di hari pertama sekolah yang dulu.

Ummi lihat kamu menutup matamu dengan tanganmu. Kamu menangis, kamu sesenggukan dan ummi pastikan ummi akan ada di sini, tidak akan meninggalkan kamu lagi. Wajar, kamu teringat kenangan yang dulu, maafkan ummi ya, sayang.

Ummi dan abi tuntun kamu ke dalam kelas lagi. Berbincang dengan guru kelasmu dan guru kelasmu mengijinkan kamu untuk ummi tunggu. Ummi duduk di lantai di bekalang bangku terakhir. Ummi ceritakan kejadian yang menimpamu setahun yang lalu. Guru kelasmu paham dan berjanji akan membantu ummi dan kamu.

Ummi dan abipun belajar dari kesalahan satu tahun yang lalu. Ummi tidak akan berbuat atau bertindak tanpa sepengetahuanmu. Ummi resign untuk kamu, ummi berada di rumah untuk menemani kamu. Jadi, ummi selalu menguatkan kamu akan hal itu. Ummi tidak akan pernah meninggalkan kamu. Ummi ada untuk kamu, Nak.

Berbeda dengan sekolah di tahun lalu. Di sekolah ini, anak-anak belajar dengan cara mengulang kembali pelajaran di TK. Pulang sekolah juga bertahap. Itu mungkin yang membuat kamu mampu lebih mudah beradaptasi, ya, Nak.

Empat hari ummi berada di dalam kelas, hari berikutnya, ummi diijinkan menunggumu di luar kelas. Alhamdulillah, itu permintaanmu sendiri. Tentu dengan upaya guru kelasmu dan semangat dari ummi dan abi. 

Minggu ke dua, ummi menunggumu di kantin. Sebuah perjuangan yang tentu sangat luar biasa buat kamu, Nak. perjuangan lepas dari kenangan yang tidak menyenangkan. Perjuangan untuk percaya kembali kepada ummimu. Percaya ummi tidak akan meninggalkanmu.

Minggu ke tiga, ummi berada di rumah. Kamu sudah menjadi anak yang mandiri, meskipun ada ngambek-ngambek yang entahlah kenapa terlalu kamu pikirkan. Iya, kamu sangat perasa, Nak. 

Setelah ujian tengah semester, kamu memberikan hadiah yang terindah untuk ummi dan abi. Ekspektasi ummi dan abi dari kamu adalah, kamu bisa ditinggal di sekolah, kamu tidak banyak ngambek lagi, kamu menjadi pribadi yang tegar, tidak tinggi-tinggi ummi dan abi mengharapkan kamu menjadi juara kelas atau mendapatkan rengking ke sekian.

Ummi dan abi bersyukur sekali, kamu sudah nyaman dan senang berada di sekolah yang kamu pilih sendiri. Ummi dan abi bersyukur kamu enggak banyak ngambek, itu sudah cukup.

Sampai waktu mengambil rapot tengah semester, kamu masuk ke dalam lima besar di kelasmu. Ummi kaget dan enggak menyangka, kamu mendapatkan nilai yang bagus. Nilau rata-rata kelas di angka 8, sedangkan nilai rata-rata kamu 9 koma sekian, di bawah teman-temanmu yang memiliki perangkat lebih bagus.  Kamu sudah berjuang melewati batasmu, Nak. Ummi dan abi mengucapkan banyak terima kasih dan meminta maaf, pernah memberikan kenangan yang cukup tidak menyenangkan buat kamu.

Sekarang ummi hanya berharap kamu mampu berbuat terbaik dan bermanfaat buat kamu sendiri, buat lingkunganmu dan buat agamamu. I Love You, Faiz.

💗

8 comments:

  1. Faiz hebat..
    Alhamdulillah akhirnya bisa adaptasi dan unggul diantara tmn2 ya mbak.
    Aku drama2 masuk sekolah ngalami juga mba..pas alya masuk PAUD. Tapi tak tega2 in...akhirnya bisa menyesuaikan dan endingnya lancar..

    ReplyDelete
  2. Drama sekolah baru juga pernah dirasakan anak saya Fadel mba. Saat hijrah dari Jakarta ke Makassar, Fadel mengalami shock culture dan sama sekali ga suka atmosfer sekolah barunya. Alhamdulillaah lama kelamaan, berkat kesabaran bugurunya dan keseruan teman-teman kelasnya, Fadel jadi happy dan enjoy.

    ReplyDelete
  3. saya juga suka ga tahan jika mendengar omongan ini itu...mohon terus sama Allah supaya sabar

    ReplyDelete
  4. Hari pertama masuk sekolah memang tidak semua murid mampu beradaptasi. Bersosialisasi ini yang berat. Karena anak belum punya pengalaman luas. Kadang sekolah menjadi tempat penjara bagibmuridnya. Para guru menghendaki murid yang penurut tidak mau repot. Ya begitulah, perjuangan tidak mudah. Perlu semangat dan dorongan dari orang tua dan lingkungan. Selamat.

    ReplyDelete
  5. MasyaAllah perjuangan banget ya, karena Faiz udh terlanjur trauma ditinggal Umi.

    Faiz semangat ya, Ummi dan Abi serta semua sayang Faiz dan gak bakalan tinggalin Faiz koq ;)

    ReplyDelete
  6. Faiz pasti bisa, ummi dan abi ada disamping Faiz, hadiah terindah dari Allah, semangat sayang. :)

    Salam,
    Rasya

    ReplyDelete

Haaai, Terima Kasih ya sudah mengunjungi Buku Harian Anak-Anak


Yuk jejakkan komentar, supaya saya juga dapat berkunjung balik. Terima kasih ^-^