Hallo apa kabar teman-teman Faiz dan Fira? Hari ini, libur nasional ya. Sekolah diliburkan untuk memberikan kesempatan umat Hindu untuk memperingati hari raya Nyepi.
Faiz memang masih belum masuk sekolah lagi. Demam thifoidnya masih ada di dalam tubuh Faiz. Tapi, alhamdulillah, ujian tengah semesternya dapat diselesaikan. Jadi, hasil ujian dan rapotnya bisa diterima Hari Sabtu kemarin.
So, Ummi masih sibuk merawat kakak Faiz. Fira asyik mencari mainannya sendiri. Kadang, Fira akan mengambil kotak mainannya, dan menyebarkan ke seluruh lantai. Kadang merajuk, kadang bisa bermain sendiri dan tadi sore, tanpa ummi sadari, Fira ke luar rumah SENDIRIAN.
Waktu itu, ummi sedang mengambilkan makanan untuk kakak Faiz. Sewaktu ummi kembali ke depan, loh, pintu depan terbuka dan ada suara Fira di luar rumah. Ummi langsung ke luar rumah. Fira ada bersama kakak-kakak yang sudah besar. Mereka bermain lompat tali. Ummi perhatikan beberapa menit, Fira memiliki tugas memegang tali dan kakak-kakaknya melompat. 😊
Hm, mungkin Fira bosan ya. Berada di dalam rumah terus. Maafkan ummi ya, Fira. Ummi harus terus menjaga kakak Faiz. Setelah dirawat di Rumah Sakit dan seminggu setelah pulang
dari Rumah Sakit, kakak kambuh lagi. Ummi dan abi sepakat untuk merawat kakak di rumah, saja.
Tapi kan, lebih enak loh Fir, kakak di rawat di rumah. Fira masih bisa ummi peluk, masih bisa ummi temenin tidur. Hehee, maafkan ummi yak, besok kita mulai jalan-jalan ya. Doakan kakak biar panasnya stabil dan demam thifoidnya pergi jauh-jauh, tak kembali. Aaamin.
Supaya ummi masih tetap mengawasi Fira yang bermain di luar. Ummi mengajak kakak untuk duduk di depat pintu. Jadi ummi bisa lihat Fira yang asyik bermain lompat tali, dan masih bisa duduk menemani kakak Faiz.
Bermain Lompat Tali, Dulu dan Sekarang
Bermain lompat tali memang menyenangkan ya. Talinya terbuat dari karet gelang yang disambung menjadi panjang. Ummi jadi ingat jaman dulu. Jaman ummi masih kecil dan bermain bersama teman-teman kecil ummi. Dulu, ummi bermain lompat tali di halaman rumah. Halaman rumahnya juga masih berupa tanah yang sangat empuk.
Dulu, untuk bermain lompat tali, teman-teman ummi harus membeli karet di toko atau warung yang menjual karet. Setelah itu, baru dech, karetnya disambung menjadi sebuah tali. Dulu, anak-anak laki-laki juga senang bermain lompat tali. Mereka malah melakukan atraksi sewaktu mendaratkan badan setelah melompat. Mendaratnya juga di tanah, jadi kalaupun salah posisi, badan dan kaki tidak bakalan sakit. Iya, kan?
Anak-anak perempuan, jarang yang mengikuti atraksi tangan memegang tanah dan kaki berada di atas. Berbahaya dong, untuk anak perempuan. Nah, ini adalah hiburan bermain lompat tali untuk anak perempuan. Oh iya, jaman dulu, masih suka-sukanya menggunakan rok untuk pakaian bawah. Jadi, kalau sedang bermain lompat tali, ada saja yang iseng menyoraki kalau celana dalamnya kelihatan. Ups, entahlah kenapa dulu, kok enggak pada ganti dulu pakai celana pendek, ya? Dulu mah belum jamannya anak-anak pakai legging juga.
Sekarang, teman-teman Fira bermain lompat tali di JALANAN. Rata-rata, warga yang tinggal di perumahan sini, tidak memiliki halaman. Jadi, sudah lumrah memang, anak-anak bermain di jalanan. Jalanan di perumahan sini, materialnya adalah HOTMIX. Di mana, kalau jatuh di jalanan, bakal kesakitan karena kerasnya material tersebut.
Selain itu, jalanan juga dipergunakan bukan hanya untuk anak-anak yang bermain lompat tali. Ada anak-anak yang berlari-larian. Ada anak-anak yang bersepeda dengan kecepatan tinggi. Ada kendaraan bermotor yang lalu lalang. Bagaimana bisa, teman-teman Fira bermain lompat tali seperti jaman ummi dulu? Pihak perumahan sudah menyediakan fasilitas umum berupa lapangan. Nah, lapangan ini, sering dipergunakan untuk bermain bola. Jadi, kesempatan teman-teman Fira bermain lompat tali, sangat kecil untuk melakukan dengan aman.
Bahayanya Bermain Lompat Tali di Jalanan
Nah, kan sekarang di perumahan tempat Fira tinggal. Tempat bermain lompat talinya, paling sering di jalanan. Bisa sich di dalam rumah, yang longgar dan lega. Tapi itu mustahil kan, kecuali rumah Fira nich, yang memang ummi bebaskan untuk aktifitas bermain anak-anak.
Silahkan Baca : Membuat Ruang Bermain Anak yang Nyaman
Bahayanya adalah jalanan terbuat dari hotmix. Jika tiba-tiba jatuh, badan akan merasakan sakit yang sangat perih. Apalagi kalau kulitnya tergores oleh hotmix. Kakak Faiz pernah jatuh loh, di hotmix, sewaktu naik sepeda. Duh, lukanya itu, berbentuk irisan-irisan gitu. Jadi, kalau dipaksakan bermain lompat tali di jalanan berhotmix, bermain lompat talinya kurang maksimal.
Selain itu, anak-anak yang bermain lari dan bermain sepeda. Rata-rata dari mereka, kurang fokus. Mereka mengendari sepeda, tapi matanya ke belakang. Mereka menengok ke belakang untuk meneriaki temannya. Mereka mengajak temannya untuk kebut-kebutan, siapa yang cepat sampai di satu garis, mereka yang menang. Dan, yang kalah, bakalan dibully. Mungkin, itulah mengapa, kakak Faiz sekarang jarang main di luar rumah. Hiks sedih😩
Pengendara kendaraan bermotor yang sudah berumur, mungkin dapat lebih toleran. Mereka akan melambatkan kendaraannya dan waspada melajukan kendaraannya. Nah, ada beberapa anak yang sudah bersekolah di SMP dan sudah mengendarai sepeda motor. Sepeda motornya dibuat variasi pula. Jadi, knalpotnya akan bunyim menderu berisik. Emosi mereka masih sangat labi. Mengendari sepeda motor, dengan gas digeber-geber. Duh, ummi pernah melabrak supaya pelan, tetep saja diulangi lagi. Bagi mereka, itulah keasyikannya mengendari sepeda motor yang divariasi. Huaaaa, kasihan kamu, Nak.
Oleh karena itu, ummi harus tetap mengawasai Fira di luar rumah. Untung Fira bermain lompat tali, tidak lama. Kakak yang punya tali karetnya mau pulang ke rumah. Fira sempat kesal, ekspresi mukanya ditekuk, cemberut gitu. Duh, anak cantik kok gitu? Ummi lihat dari dalam rumah, Fira memasuki teras, melepas sandal dan membuka pintu. Fira langsung masuk ke dalam kamar, duduk di tepi kasur dan masih cemberut.
Hehee, lucu dech ekspresi anak ummi. Sewaktu ummi menyapa dan bertanya kenapa mukanya cemberut, Fira menyebut nama temannya tadi. "Kak Tea sich, gitu". Loh, kenapa sayang? namanya anak usia 2 tahun, curhatnya gak jelas dong ya. Ummi hanya dapat melihat ekspresi kesal dari wajah Fira. Tidak mau berlarut-larut melihat Fira sedih. Ummi mengajak Fira membuat tali karet sendiri.
Membuat Tali Karet Sendiri, Yuk!
Horeeeeey, beruntung ummi selalu menyimpan karet gelang di gagang lemari dapur. Lumayan jumlahnya, bisa dirangkai menjadi tali karet yang panjang. Fira senengnya bukan main. Fira ingin mencoba untuk merangkai sendiri karetnya. Hehee, ummi biarkan saja dech, supaya Fira tahu, bentuk karet seperti apa, tekstur karet seperti apa dan selain untuk mengikat, ternyata bisa untuk bermain lompat tali.
Cara untuk membuatnya juga sangat mudah. Semua anak-anak pasti sudah bisa mengaitkan satu karet ke karet yang lainnya. Menyambung sampai menjadi tali yang panjang. Dan kemudian, siap dech untuk dipergunakan.
Tralaaaa, talinya sudah siap. Kakak Faiz minta makan lagi. Duh, ummi galau. Mau kakak Faiz dulu, Fira nanti ngambek. Gimana dong?
Tali karet untuk main Lompat Tali punya Fira |
Akhirnya ummi temalikan tali karetnya di meja dan kursi. Nah, Fira masih bisa melompat sendiri, bukan? Selanjutnya ummi mengambil makan untuk kakak Faiz (lagi). Kakak Faiz minta makan sendiri, Fira bermain lompat tali sendiri dan ummi membersihkan rumah.
Bermain Lompat Tali, Mengasah Kecerdasan Majemuk
Waaah, bermain lompat tali memang sangat menyenangkan ya. Lebih menyenangkan memang bersama teman-teman. Dengan bermain lompat tali, kecerdasan kinestetik dan logika matematik Fira juga jadi terasah. Hehee, nyambungnya ke kecerdasan juga ya. Betul, apalagi dilakukan bersama teman-teman di luar rumah. Tambah lagi kecerdasan yang diasah. Yaitu, kecerdasan interpersonal dan intrapersonal.
Silahkan Baca : Mengasah Kecerdasan Majemuk
Hm, bermain untuk anak-anak merupakan aktifitas yang sangat penting. Anak-anak bisa terstimulasi kecerdasaannya melalui bermain. Tugas orang tua adalah memberikan fasilitas dan mendampingi anak-anak bermain. Orang tua wajib untuk menentukan permainan apa yang akan dimainkan oleh anaknya. Orang tua juga wajib untuk mengetahui permainan yang dimainkan oleh anak-anaknya. Sebisa mungkin, untuk anak-anak usia 15 tahun ke bawah, sewaktu bermain masih harus di bawah pengawasan orang tua.
Apalagi sekarang, perkembangan teknologi begitu pesat. lengah sedikit, anak-anak akan melihat dan mempelajari permainan-permainan yang kurang cocok untuk anak di usianya. Trus kalau orang tua sibuk, bagaimana? anak-anak setiap hari bersama pengasuhnya? sekali lagi, tugas pengasuh adalah mengasuh anak, mengawasi anak ketika sedang bermain. Bukan malah, harus memasak, menyapu atau malah bermain smartphonenya.
Ummi sedang belajar dan terus belajar mendampingi Faiz dan Fira. Yang lalu, memang biarlah berlalu. Tapi bagi ummi, yang lalu adalah pembelajaran. Mana yang kurang ditambahkan, mana yang berlebihan dan tidak tepat, sebaiknya dihindari dan tidak dilakukan lagi.
Tulisan ini, sebagai bagian dari pelepasan emosi ummi. emosi yang tidak ingin keluar sewaktu bersama Faiz dan Fira. Mengurus kakak yang sakit, Fira yang meminta perhatian juga. Membuat ummi merasa harus menyepi sebentar. Dan inilah hasilnya. Anak-anak ummi adalah ladang ummi untuk belajar bersabar. Belajar membagi waktu. Belajar adil untuk membagi perhatian.
And then, ummi ikut dong, bermain lompat tali bersama Fira pada malam hari. Menyenangkan ya, kaki, badan dan tangan ikut bergerak, badan jadi lebih segar. Besok bermain lompat tali lagi yaaaa.
Yuk, ajak anak-anak bermain.
Salam
💓
Ummi Astin